Student Leadership Excursion

Student Leadership Excursion
Melatih sikap kepemimpinan mahasiswa dengan melakukan kunjungan ke Singapura dan Malaysia adalah salah satu upaya Program Studi Pendidikan Kimia menuju taraf internasional.
Peserta yang tergabung dalam program Student Leadership Excursion sebenarnya berasal dari utusan yang berbeda. Beberapa peserta diutus universitas secara langsung, beberapa merupakan utusan prodi, dan lainnya merupakan utusan fakultas dimana fakultas tersebut telah melaksanakan program sejenis sebelumnya. Terlepas dari siapa yang mengutus kami, kami bertekad untuk melaksanakan program ini sebaik mungkin dan mengemban tanggungjawab untuk memberikan kontribusi nyata terkait program ini semaksimal mungkin.
Nah, tanpa basa-basi lagi langsung aja yuk intip keseruan perjalanan kami disana…
Hari pertama…
Saat keberangkatan delegasi diminta untuk berkumpul jam 05.00 WIB untuk diberi arahan serta agar terbebas dari antrian imigrasi. Sesuai dengan jadwal yang terterta di tiket kami berangkat pukul 07.25 WIB. Kami sampai di Bandara Changi Singapura sekitar pukul 10.30 waktu setempat. Setelah sampai kami mengisi lembar embarkasi terlebih dahulu. Kami kemudian menuju penginapan/hostel dengan menggunakan shuttle. Perjalanan dari bandara menuju penginapan memerlukan waktu yang lama. Sehingga agenda di tanggal 13 November sebagian dipindahkan ke tanggal 14 November. Kegiatan tersebut yaitu mengunjungi KBRI di Singapura.
Di malam hari para delegasi dan staff international office pergi mengnjungi Merlion. Perjalanan dari penginapan menuju Merlion ditempuh dengan MRT. Stasiun MRT sendiri seringkali berjarak jauh dengan penginapan, sehingga membutuhkan waktu lebih untuk perjalanan.
Hari kedua…
Di hari kedua kami mengunjungi KBRI di Singapura, saat ke KBRI kami tidak berkesempatan untuk bertemu dengan diplomat karena di waktu tersebut Presiden Republik Indonesia juga pergi ke Singapura untuk mengurus persoalan KTT, sehingga kami disambut oleh staff local KBRI. Kami melakukan diskusi informal, dari diskusi ini kami mengetahui bahwa tidak semua mahasiswa yang mengenyam pendidikan disana peduli untuk melaporkan keberadaannya di Negara yang bersangkutan dalam hal ini Singapura. Kebanyakan dari mereka hanya datang ketika ada permasalahan saja. Mayoritas mahasiswa yang datang ke KBRI adalah mahasiswa dengan beasiswa LPDP, dan mahasiswa yang mengenyam pendidikan dalam kurun waktu yang lama (long course).
Dari KBRI kami berjalan menuju halte yang berjarak lebih dari 1 Km untuk melanjutkan kunjungan ke National University of Singapore. Kami bertandang ke Riyadi Centre dan disambut dengan hangat oleh mahasiswa muslim disana. Rencana awal kami adalah makan siang di Riyadi Centre, namun rencana berubah dan kami segera pergi ke Department of Malay Studies disana kami banyak berdiskusi tentang budaya melayu, perbedaaan Indonesia dan Singapura dalam hal budaya mengingat Indonesia dan Singapura adalah dalam satu rumpun yang sama, juga bagaimana prospek kerja lulusan studi melayu disana. Setelah berdiskusi barulah kami pergi menuju kantin untuk makan bersama. Perlu diketahui bahwa kami dibagi dalam beberapa tim kecil yang berisi 4-5 orang dalam tim kecil tersebut kami membagi anggaran untuk makan dan transportasi di Singapura dan Malaysia. Pada saat itu tim kami memutuskan untuk memesan makanan Jepang dan Korea. Usai makan kami mencari tempat untuk menunaikan sholat maghrib, disana kami cukup kesulitan mencari tempat untuk menunaikan sholat. Kemudian kami pergi ke salah satu gedung dan bertanya pada security dimana kami dapat menunaikan sholat, kemudian kami diarahkan untuk sholat di pelataran gedung. Dari NUS kami pergi menuju Bugis Street untuk membeli beberapa souvenir sebagai oleh-oleh. Kemudian kami mengunjungi Masjid Sultan, Masjid Sultan ini adalah masjid tertua di Singapura. Sayangnya saat kami kesana Masjid tersebut telah tutup dan kami tidak diperkenankan untuk masuk kesana. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hostel. Lagi-lagi kami baru sampai ketika tengah malam sekitar pukul 1 malam.
Hari ketiga…
Hari ketiga kami mengunjungi University of Liverpool at Temasek Polytechnic Campus in Tampine disini kami berinteraksi langsung dengan mahasiswa disana dan juga dosen disana dengan melakukan diskusi yang temanya telah ditentukan dan tema setiap meja berbeda. Karena kebanyakan mahasiswa disana yang kami temui mengambil kriminologi, maka kami banyak membahas mengenai kriminalitas. Terdapat slogan dari mereka yang menarik bagi saya yaitu “low crime doesn’t mean no crime” dari sana kita banyak belajar bahwa kesadaran akan keamanan sangat penting. Ini dapat kita contoh untuk perbaikan dan peningkatan kualitas universitas. Bagaimanapun keadaan universitas saat ini baik itu dalam keadaaan yang tidak aman atau aman sekalipun, kemanan itu sendiri tetap perlu dijaga. Dalam kelompok saya diskusi kedua mengangkat tema kolonialisme, kami banyak membicarakan tentang pegaruh kolonialisme bagi Negara kami masing-masing. Di Singapura kolonialisme sangat berpngaruh dalam penggunaan bahasa di Singapura, selain itu kolonioalisme juga memunculkan stereotip bahwa orang melayu itu malas, orang cina itu penjudi, orang india itu keras. Menurut keterangan dari mereka strereotip tersebut masih berlaku di Negara mereka hingga saat ini. Disana kami benar-benar disambut secara hangat, kami makan siang di meja yang sama, melanjutkan obrolan dengan tema-tema yang ringan kami juga bertukar kontak agar hubungan tetap terjalin dengan baik tidak hanya pada saat itu saja. Saat pulang kamipun di pesankan taksi oleh mereka.
Kunjungan selanjutnya kami menemui PPI singapura dan student council di SIM. Kami berbincang banyak mengenai kehidupan mahasiswa di Singapur, juga bagaimana sistemasi organisasi dan pemilihan pengurus disana. Setelah itu kami kembali ke hostel untuk mengambil barang, kemudian pergi menuju Malaysia.
Hari keempat…
Hari ke-empat merupakan hari kunjungan terakhir, di hari ini kami mengunjungi International Islamic University of Malaysia, kami bertemu dengan student council dan pengurus SRC disana, berdiskusi mengenai bagaimana sistem pemilihan ketua council dan SRC disana, bagaimana estimasi anggaran yang diberikan oleh pihak universitas dan bagaimana pengelolaannya. Kami juga belajar mengenai penyeleksian calon yang akan mengajukan diri sebagai ketua council dimana mereka diharuskan untuk berbudi baik dan menunjukkan hal itu dengan surat rekomendasi dari berbagai kalanagan seperti polisi, juga syarat IPK sebesar 2,7. Kami juga berkeliling di galeri universitas, dari kunjungan ini kami terinspirasi untuk membuat display gallery di setiap fakultas yang berisi sejarah, visi misi, perkembangan, prestasi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan fakultas. Juga pembuatan satu ruangan sebagai galeri universits. Terakhir kami bertemu dengan pihak PPI IIUM dan berdiskusi mengenai program kerja, kepengurusan, manajemen pendataan mahasiswa, dan menanyakan beberapa informasi terkait apa yang harus dipersiapkan untuk melanjutkan S2 di IIUM.